Mei 2009, laga terakhir Sang bandiera Paolo Maldini di San Siro. Ada sekitar 70.000 milanisti hadir untuk melepas pahlawan mereka. Hari itu hampir setiap fans memegang syal mereka masing-masing untuk merayakan akhir karir yang luar biasa dari Sang Kapten. Bahkan pemain AS Roma, lawan Milan saat itu memasuki lapangan dengan mengenakan kaos bertuliskan “GRAZIE PAOLO”. Saat pemain berbaris untuk berfoto, Paolo memberi salam kepada keluarganya yang hadir di tribun. Suasana samgat emosional waktu itu, sejenak Paolo melirik ke arah Andrea Pirlo yang mulai menitikkan air matanya. Paolo berkata pelan kepadanya, “Teman, ayolah jangan menangis sekarang!!”. Memang saat itu belum saatnya untuk bersedih, laga lawan AS Roma harus dimenangkan agar Milan bisa lolos ke zonaChampions League. Secara umum ini adalah sebuah laga penting buat Milan. Tapi, justru di saat momen magis dan penting inilah, Curva Sud Milano fans paling fanatik dan loyal Milan memutuskan untuk bersikap berbeda. Pada laga itu CsM memasang sebuah banner besar dengan kalimat yang sangat kontroversial dan menohok.
Banner CsM : “GRAZIE KAPTEN, DI LAPANGAN KAMU SANG JUARA TAPI KAMU KURANG MENGHORMATI ORANG-ORANG YANG MEMBUATMU KAYA RAYA”. Yang dimaksud CsM tentu adalah mereka merasa bahwa Paolo Maldini kurang menghormati para ultras. Sebagian keecil fans menodai perayaan sebuah akhir karir fenomenal. salah satu duta terhebat sepakbola, teladan fair play.
Laga akhirnya kick-off, Milan sempat menyamakkan kedudukan dua kali sebelum akhirnya kalah 2-3. Dan harapan main di Champions League musim berikutnya pun pupus. Kekalahan yang sangat disayangkan, tapi yang lebih menyedihkan adalah episode yang terjadi setelah itu. Begitu peluit akhir berbunyi, para pemain Milan berlari menghampiri Paolo Maldini. Menyalaminya dan memeluknya, begitu juga dengan para pemain AS Roma. Mungkin karena sakit hati, Paolo maldini tadinya enggan melakukan lap of honor, tapi setelah dibujuk pemain lain akhirnya Paolo maldini mau melakukannya.
Paolo Maldini berlari mengelilingi lapangan menyapa fans. Ketika menghampiri Curva Sud, para ultras membentangkan banner kedua yaitu “SELAMA 25 TAHUN KARIRMU, KAMU MENERIMA PUJIAN DAN TERIMA KASIH DARI ORANG-ORANG YANG KAU CAP SEBAGAI MATA DUITAN DAN GEMBEL. Banner (striscioni) adalah bagian dari budaya ultras, biasanya ditujukkan untuk mengkritik manajemen klub, bukan pribadi. Namun Paolo Maldini adalah pengecualian bagi ultras CSM. Mereka benar-benar ingin “meluruskan masalah” secara personal.
Tidak cukup hanya dua banner itu, ultras CSM mengorek luka lebih dalam ke dada Paolo maldini dengan membentangkan jersey raksasa No. 6 milik Franco Baresi. Dalam situasi normal memang tidak ada salahnya memasang jersey raksasa No. 6 Baresi, tapi di laga perpisahan Paolo Maldini?? Paolo maldini makin tersentak, terluka. Dengan tatapan tajam ke arah curva sud, Paolo bertepuk tangan dan mengacungkan jempolnya. Tepat di momen menyedihkan itu Paolo bahkan spontan bergumam “Figli diputtane” (sons of bitches) ke arah Curva sud. Setelah laga ditanya tetntang insiden itu Paolo berkomentar “AKU BANGGA BAHWA AKU BUKAN SALAH SATU DARI MEREKA”
Jurnalis Gazzetta dello sport mencoba mencari tahu ada motif apa dibalik perlakuan tidak terhormat CSM terhadap Paolo Maldini. Pemimpin ultras CSM, Giancarlo Lombardi : “MALDINI JARANG MENUNJUKKAN RASA HORMAT KEPADA KAMI DI MASA LALU. KAMI INGIN MELURUSKAN MASALAH”. Sebenarnya apa itu??
Kembali ke 2005, saat Milan secara mengejutkan kalah dari liverpool setelah unggul 3-0 dibabak pertama Final Champions League di Instanbul. Saat Milan kembali dali Instanbul, di airport Malpensa mereka dihampiri oleh beberapa fans, meminta para pemain untuk minta maaf kepada mereka. Pada saat itu , Paolo Maldini mewakili pemainnya lainnya menghardik para fans itu (CSM-red) dan memanggil mereka mata duitan dan gembel. Kenapa Paolo Maldini mencap para ultras CSM itu dengan sebutan mata duitan? Alasannya adalah diduga keras sebelum laga Milan vs Liverpool, CSM menjual jatah tiket mereka (lebihan-red) dengan harga mahal kepada fans Liverpool. Paolo berpendapat idealnya CSM menjual tiket itu kepad sesama milanisti, meski dengan harga standar. Selain itu, Paolo juga merasa bahwa dengan sikap tercela mereka itu, para ultras tidak pantas mendapat ucapan maaf dari para pemain Milan.
Instanbul 2005 baru insiden pertama awal permusuhan CSM dengan Paolo Maldini. Insiden kedua terjadi pada tahun 2007 di Athena. 2007 di Athena, Milan vs Liverpool (lagi). Milan berhasil balas dendam kepad Liverpool dengan kemenangan 2-1, apa yang terjadi dibalik itu?? Di Athena banyak ultras yang bermasalah dengan polisi dan mereka gondok karena Paolo Maldini memutuskan untuk tidak turut campur masalh mereka. Setelah insiden Malpensa tahun 2005, rasanya keputusan Paolo untuk tidak ikut campur masalh ultras CSM sangat bisa dimengerti. Kecewa dengan sikap Paolo, ultras CSM marah. Mereka memboikot laga SuperCup Eropa (vs Sevilla) di Monaco. Milan menang 3-1. Tidak cukup sampai disitu, marahnya ultras CSM berlanjut sampai beberapa bulan untuk laga kandang Milan pada musim 2007-2008. Mereka absen !!
Setelah laga vs Roma (2009) Paolo berkata ke Gazzetta : “AKU TIDAK TAHU KENAPA MEREKA MEMUTUSKAN UNTUK MEMPERPANJANG MASALAH ITU SAMPAI SEKARANG”. “AKU MEMANG TIDAK PERNAH PUNYA HUBUNGAN DEKAT DENGAN FANS, TAPI SAMA SEKALI BUKAN KARENA AKU SOMBONG”. “MUNGKIN AKU TERLALU FOKUS PADA PENAMPILAN DI LAPANGAN, KURASA MEREKA MENGANGGAP INI SEBUAH KESOMBONGAN”. Dan ketika ditanya tentang komentar kerasnya setelah laga vs Roma, Paolo masih tetap pada pendiriannya bahwa dia tidak pantas dipermalukan seperti itu. “RESPONKU BERDASAR NALURI ATAS TINDAKAN YANG SUDAH DIRENCANAKAN SELAMA BERHARI-HARI, BERBULAN-BULAN, MUNGKIN BERTAHUN-TAHUN”. “AKU TIDAK SEMPAT BERPIKIR PANJANG SAAT ITU. AKU SEDANG TERLUKA”.
Tapi ada lagi hal yang menyakitkan paolo maldini , pihak klub ternyata tidak mengambil tindaakan apapun atas perilaku CSM saat itu. “AKU TIDAK SUKA BAHWA KLUB MEMUTUSKAN UNTUK DIAM DALAM MASALAH INI, TIDAK ADA KATA-KATA SOLIDARITAS UNTUKKU”. Paolo Maldini lalu melanjutkan ceritanya kepada Gazzetta dello sport. Ternyata dari dulu dia sudah dimusuhi oleh ultras CSM.
“MUSIM 1997-1998, AKU BARU MENJADI KAPTEN SELAMA 6 BULAN, DAN MEREKA MULAI MENGANGGAP BAHWA AKU TIDAK PANTAS MEMAKAI BAN KAPTEN”. “MEREKA MEMASANG BANNER DI DEPAN RUMAHKU. TULISANNYA : KURANGI HOLLYWOOD DAN PERBANYAK KERJA KERAS”. FYI, Hollywood adalah sebuah diskotik di Milanotempat para pemain bola dan selebriti lainnya biasa nongkrong, termasuk Paolo Maldini cs. Tapi Paolo Maldini tidak menanggapi berlebihan insiden banner itu. Dia malah mencoba mengambil pelajaran dari situ.
Setelah insiden pelecehan itu, simpati malah datang dari pihak di luar klub untuk Paolo Maldini dari komunitas sepakbola dunia. Pep guardiola salah satunya, ia memdedikasikan gelar UCL Barcelona (setelah menang atas MU) untuk Maldini. Pep Guardiola :”PAOLO DIKAGUMI OLEH SELURUH EROPA. AKU PERSEMBAHKAN KEMENANGAN (LIGA CHAMPIONS) INI UNTUKNYA”. Tidak mau ketinggalan dari Pep atau karena tidak enak hati. Di hari yang sama Andriano Galliani akhirnya menulis surat terbuka kepada Maldini. Begini isi surat adriano galliani kepad Paolo Maldini (untuk mengklarifikasi sikap klub atas insiden dengan ultras CSM. “DEAR PAOLO, AKU BACA WAWANCARAMU DAN AKU MEMAHAMI KESEDIHANMU. KAMU TAHU, AKU JUGA HARUS DIKAWAL SELAMA 2 TAHUN TERAKHIR INI KARENA ORANG ORANG YANG SAMA YANG MENYERANGMU. AKULAH YANG MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK DIAM. BUKAN HANYA KARENA DISARANKAN, TAPI JUGA KARENA AKU YAKIN, DAN MASIH YAKIN BAHWA DIAM ADALAH SENJATA PALING EFEKTIF, DAN AKU TIDAK MAU MELAYANI ORANG-ORANG INI SETELAH APA YANG TERJADI HARI MINGGU LALU. SALAM HORMAT, ADRIANO GALLIANI.
Entah bermula dari insiden ini atau bukan, seperti kita tahu Paolo Maldini denganklub memang kurang ideal. Bisa jadi ini juga alasan kenapa sampai saat ini Paolo Maldini belum juga mendapat tawaran untuk jadi bagian dari manajemen Milan. Karena ultras memusuhi Paolo Maldini, mungkin klub takut kehilangan dukungan Ultras, jika Paolo menjadi bagian dari klub. Mungkin saja !!! kita harap saja semua kekakuan ini bisa segera mencairsecepatnya. Malah di saat peralihan seperti sekarang ini. Klub sangat membutuhkan sosok Paolo maldini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar